Selalu Ada Harapan, Di balik Pandemi yang Melanda

Malam itu saya baru saja keluar dari salah satu rumah sakit swasta dekat rumah setelah opname. Derasnya hujan membuat hati ini makin khawatir ketika membaca WhatsApp grup sekolah yang mengabarkan mulai besok hari Senin sekolah tatap muka ditiadakan sementara waktu karena pandemi yang mulai melanda negeri tercinta ini. Keesokan harinya, suami pun resmi bekerja dari rumah sama seperti halnya anak-anak belajar dari rumah hingga saat ini.

Pengalaman Saat Pandemi COVID-19





Satu minggu setelah kepulangan dari rumah sakit, saya pun tidak berani untuk kontrol lagi ke sana dan menyatakan sehat sendiri. Langkah tersebut diambil karena panik dan takut tertular dengan COVID-19 jika harus pergi ke pusat layanan kesehatan mana pun.


Seperti Tinggal di Kota Mati


Kaget pastinya harus tinggal di rumah terus menerus, rasa takut terus menghantui ketika keluar rumah. Jadi teringat dengan situasi pada film Alive, di mana tokohnya harus tinggal di dalam apartemen untuk menghindari zombie, sedangkan kami gak keluar karena takut virus.

Di tempat tinggal kami ada pasar kaget yang biasa beroperasi dari jam 6 hingga jam 9 pagi, pasar ini pun ikut kena imbasnya karena harus ditutup oleh pihak RW setempat. Selain protes yang dilakukan para pedagang, kami pun kesulitan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Bagi mereka yang mampu mungkin gak masalah karena bisa berbelanja online atau ke supermarket. Di situasi seperti ini masyarakat yang kurang mampu menjadi imbasnya. Belum lagi para pedagang lainnya juga banyak yang mengeluhkan sepinya pembeli saat itu.

Yang paling berasa dan menyedihkan adalah masjid setempat juga untuk sementara meniadakan sholat berjamaah termasuk sholat Jumat.

Hari demi hari, minggu demi minggu hingga bulan demi bulan kami lalui dalam keadaan yang tidak menentu dengan kondisi pandemi seperti ini. Hingga akhirnya untuk pertama kalinya kami pun merasakan Idul Fitri yang berbeda. Kami sholat di rumah tanpa silaturahmi ke tempat orang tua karena memang di jalannya masih belum memungkinkan untuk berkunjung.


Virus Covid-19 Makin Dekat dan Nyata


Kalau biasa mendengar publik figure yang terkena covid, lalu tiba-tiba saja orang terdekat yang harus mengalami rasanya makin menakutkan.

Saat Salah seorang sepupu saya dinyatakan positif dan dirawat di rumah sakit, saya makin protektif pada orang tua karena tinggalnya berdekatan. Saya selalu mengingatkan untuk menggunakan masker dan kalau gak penting gak usah keluar rumah.

Yang paling membuat kami kaget adalah ketika pak RW di tempat kami tinggal juga dinyatakan positif dan meninggal dunia. Ketakutan saya ini bukan beralasan, karena suami adalah salah satu pengurus RW. Sambil mengingat-ingat kapan terakhir ada interaksi, ternyata sudah 1 bulan lamanya memang tidak bertemu.

Alhamdulillah warga di tempat tinggal saya tidak memusuhi atau menjauhi tetangganya yang positif covid. Tiap RT punya kebijakan sendiri untuk mengumpulkan donasi dan membantu mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri.

Setiap saat di grup RT maupun RW diberikan informasi terupdate berapa orang yang yang positif dan menjalani isolasi mandiri maupun perawatan di rumah sakit. Informasi juga disampaikan jika warganya sudah sembuh dan selesai menjalani isolasi. Informasi tersebut juga diikuti dengan ajakan agar kami tetap menjalani protokol kesehatan agar meminimalkan paparan virus.

Selain itu dari perwakilan RW ditunjuk beberapa orang petugas Satgas Covid-19 sebagai tempat melapor saat ada warganya dinyatakan positif. Salah satu petugas tersebut ada suami juga. Dengan kebersamaan seperti ini diharapkan warga dituntut kejujurannya  melapor untuk kebaikan bersama.


Ujian Yang Dirasakan Di Tengah Pandemi



Di masa pandemi ada saja ujian yang harus dilewati. Alhamdulillah untuk penghasilan suami gak ada perubahan tapi kami harus tetap berhemat. Namun ada saja cobaan yang harus kami lalui, sedikit musibah mengharuskan kami merelakan untuk mengeluarkan dana darurat yang dimiliki. Tapi kami tetap bersyukur karena masih banyak orang lain yang mengalami kesulitan yang melebihi kami.

Vaksin COVID-19



Cuaca yang ekstrim terjadi di Indonesia membuat beberapa daerah dilanda kebanjiran. Di tempat saya pun dua hari mengalami banjir disertai hujan lebat dan padamnya listrik selama dua hari. Biasanya dalam situasi seperti ini kami mengungsikan anak-anak ke rumah orang tua saya. Tapi, saat ini di sana pun sedang mengalami banjir sehingga tidak mungkin mengungsi ke sana.

Sedihnya lagi saat melihat foto nenek saya atau buyutnya anak-anak dievakuasi menggunakan kasur angin keluar dari rumah orangtua tanpa menggunakan masker. Semoga saja keluarga dan orang-orang yang membantu selalu diberikan kesehatan serta keselamatan.

Dari musibah yang terjadi mendekatkan kami antar warga maupun keluarga melalui bantuan dan support. Meskipun rumah kami tidak sampai masuk airnya tapi berusaha untuk membantu tetangga dengan memberikan bantuan yang datang. Dengan keluarga juga saling memberikan informasi dan penguat satu sama lain.


Mencoba Untuk Menghilangkan Kecemasan Berlebih


Setiap kali ada orang yang dikenal dinyatakan positif saya merasa cemas hingga tidak bisa tidur di malam hari. Padahal tidur merupakan salah satu cara kita untuk menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit. Hingga akhirnya ketika saya mengalami sakit flu karena terlalu cemas sampai kurang bisa mencium aroma. Semua aroma saya coba cium untuk memastikan saya tidak terkena anosmia yaitu hilangnya penciuman. Tapi saat itu saya masih bisa merasakan berbagai rasa di lidah mulai dari asin, manis, pedas, dan asam.

Karena masih ketakutan, saya pun sempat berkonsultasi online dengan dokter melalui aplikasi kesehatan di smartphone. Setelah menceritakan keluhan dan masalah yang saya alami, dokter pun memberikan resep dan menyatakan saya mengalami gangguan kecemasan. Hal tersebut dilihat dari tanda-tanda yang timbul dan dialami seperti susah tidur, berdebar, sesak napas, dan keluar keringat dingin. Di akhir konsultasi dokter memberikan saran agar saya memeriksakan diri ke rumah sakit jika keluhan tidak hilang agar bisa diatasi dengan cepat.




Gangguan kecemasan ini kalau gak diatasi pastinya bisa mengganggu aktivitas saya sehari-hari, belum lagi harus mengurus keluarga dan anak-anak yang menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Karena sering mengalami gangguan kecemasan ini, akhirnya suami agak keras menegur saya. Katanya berpikiran positif aja kalau mikir yang gak-gak malah sakit betulan nantinya. Ada betulnya juga apa yang dikatakan suami, saya pun berusaha untuk menarik napas panjang dan melakukan kegiatan yang menyenangkan untuk mengalihkan pikiran negatif.

Akhirnya saya pun banyak melakukan aktivitas olahraga alias bergerak dan mulai memberanikan diri untuk keluar rumah dengan mematuhi protokol kesehatan. Meskipun awalnya masih agak susah karena setiap kali dari luar rumah terasa sesak napas. Tapi, lama-lama terbiasa juga sambil tetap waspada.

Pencapaian yang bisa saya lakukan selama pandemi adalah lebih teratur menjalani olahraga di luar olahraga favorit berenang dan yoga. Takjub aja akhirnya saya bisa berlari 5K dan bersepeda dengan jarak yang jauh. Dari kegiatan olahraga ini memberikan kesenangan buat saya dan dapat menghilangkan kecemasan berlebihan yang saya alami sebelumnya.




Harapan Selalu Ada dan Akan Datang Pada Waktunya


Hampir satu tahun kita menunggu agar pandemi itu segera berakhir sambil tetap berdoa pada Yang Maha Kuasa. Tanpa perlu menunjukkan cara kami mendekatkan diri dengan Allah karena tiap umat-Nya pun pasti akan tetap berdoa dan selalu mengingat-Nya. 




Alhamdulillah Vaksin COVID-19 pun mulai keluar dan didistribusikan. Sebagian masyarakat sudah melakukan vaksinasi, sisanya masih dalam antrian dan menunggu waktu saja. Bismillah jika pada waktunya tiba, saya juga siap untuk melakukan vaksinasi ini. Harapan saya akan ada obat yang bisa menyembuhkan vaksin yang menakutkan ini.

Berdoa saja tidaklah cukup, tapi harus ada bukti nyata dari diri sendiri dan masyarakat untuk menjaga dan mematuhi aturan yang ada.

Pengalaman Saat Pandemi COVID-19 yang pertama dan semoga yang terakhir saya alami bareng dengan masyarakat lainnya yang ada di muka bumi ini.




“Tulisan ini diikutkan dalam #TantanganBlogAM2021” 

Post a Comment

12 Comments

  1. Keren deh kita ya, Mbak
    Bisa survive
    Saling menguatkan
    Dan satu pastinya kita salaing mendoakan dan suka curcol kalau lagi bener bener sesak...

    ReplyDelete
  2. Satu hal yang bisa disyukuri ketika Pandemi covid-19 tiba-tiba datang adalah bisa bertahan dan punya penghasilan yang cukup. Saya merasakan sendiri dampak covid ini. Ketika usaha yang biasanya punya penghasilan lebih dari cukup, tiba-tiba jadi sepi dan membuat saya sekeluarga harus mengungsi ke rumah orang tua. Ini berat buat saya, karena mau tidak mau akan menjadi beban mereka.

    Untung lah itu tidak berlangsung lama. 2 bulan mengungsi akhirnya dapat mandiri kembali karena usaha mulai kembali normal walau tidak sebaik sebelum ada corona.

    ReplyDelete
  3. Awal pandemi, saya sakit 3 minggu. Setress lho, beritanya memang serem-serem sih. Mana engga berani ke dokter pula. Konsulnya lewat aplikasi, Ya terang aja sembuhnya lama. Sampai ganti 3 dokter.
    Setahun ini sudah dijalani. Mudah-mudahan dengan adanya vaksin, pandemi mereda ya Mbak...Bisa belanja lagi ke pasar...

    ReplyDelete
  4. Pandemi sudah setahun berjalan ya, Mbak. Makanya kita harus terus menerapkan protokol kesehatan. Saya pun begitu dalam keuangan. lebih mengutamakan kebutuhan dulu , bukan keinginan. Dan saya percaya, selalu ada hikmah di balik semua ini. Insya Allah selalu ada rezeki untuk kita. Semoga pandemi segera berakhir. Aamin...

    ReplyDelete
  5. Sepakat banget, berpikir positif dan jauhkan dari berandai2 yang negatif biar daya tahan tubuh selalu baik ya, Bun. Semoga keluarga aman2 dan pandemi cepat berakhir. Aamiin

    ReplyDelete
  6. Semangat terus. Pandemi masih lama ya. Tapi aku sekarang udah nyaman di rumah. Malah kayaknya bakalan gagap kalo keluar rumah dan beraktivitas seperti biasa.

    ReplyDelete
  7. Penting bagi kita untuk menghilangkan kecemasan berlebih. Karena akan berdampak pada daya imunitas ubuh juga ya mbak. Belakangan aku sudah berkegiatan seperti biasa, namun dengan menerapkan protokol kesehatan.

    ReplyDelete
  8. benar ya mbak
    meski pandemi banyak dampak negatifnya, kita harus tetap optimis ya. .selalu ada harapan

    ReplyDelete
  9. awalya saya merasa panik juga ketika banyak berita baik di sosmed, tv, dan koran tentang pandemi virus ini, namun lama-lama saya juga kena covid. Alhamdulillah saya bisa melewati masa-masa isolasi mandiri

    ReplyDelete
  10. Banyak yang berubah selama pandemi ini yaa mbak. BTW, saya salut banget lho sama Mbak Lidya yang konsisten banget olahraga setiap pagi dan sore. Sering lihat tuh di postingan IGnya.

    ReplyDelete
  11. Selama masa pandemi ini memang tantangannya banyak ya, mba Lidya, saya sendiri sampai jungkir balik untuk menata hati, semoga kita semua bisa melewati semuanya dengan baik-baik aja dan tetap semangat

    ReplyDelete
  12. Insyallah semua peristiwa pasti mengandung hikmah. Tapi gak boleh kelamaan istirahatnya nnti ketinggalan kereta ^^

    ReplyDelete
Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)