Trauma kita bukan kesalahan kita, tapi bagaimana kita pulih adalah tanggung jawab kita
Mungkin setiap orang punya trauma dan pengalaman masa lalu. Ada yang dengan mudah melalui semua, tapi ada pula yang hingga dewasa masih terbawa atau dengan kata lain belum pulih. Sebenarnya kita punya kemampuan untuk pulih atau sembuh hanya kemampuan tersebut belum terbuka.
Trauma itu ibaratnya sebuah lubang yang dapat ditutup kembali. Jika orang lain bisa menutup lubang tersebut, maka seharusnya kita juga bisa. Janganlah kita berada di kesedihan masa lalu, tapi kita harus bisa bahagia di saat ini dan di hari esok.
Kalimat-kalimat yang penuh inspirasi dan membuat saya agak tertampar ini saya dapatkan ketika mengikuti Grand Launching buku Pulih yaitu sebuah buku antologi persembahan dari Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) 17 Oktober 2020 lalu melalui aplikasi Zoom.
Awalnya, saya belum tahu apa isi dari buku Pulih ini. Ketika ada tawaran untuk menghadiri launching buku tersebut, tanpa pikir lama saya langsung mengiyakan karena tertarik lebih jauh dengan buku Pulih.
Sebelum event online dimulai, kami diberikan sebuah gambar Mandala untuk diwarnai menggunakan minimal 5 warna berbeda oleh peserta peluncuran buku. Bertambah bingunglah saya, apa hubungannya mewarnai dengan sebuah buku? Apakah buku tersebut tentang mewarnai gambar sebagai proses healing seseorang? Karena saya tahu banyak buku mewarnai untuk proses relax seseorang.
Kebingungan tersebut harus saya tahan hingga acara dimulai, sambil mewarnai gambar Mandala yang sudah dicetak. Saya pilih warna-warna terang dan cerah kesukaan dan menghindari warna gelap. Pemilihan warna tiap orang berbeda dan mempunyai arti tersendiri setelah saya mendapatkan penjelasan saat acara sudah dimulai.
Pewarnaan Mandala merupakan salah satu proses yang dilalui oleh para penulis sebelum menuangkan tulisannya tersebut ke dalam buku antologi Pulih.
Supaya gak bingung dengan keterkaitan buku Pulih, gambar Mandala, dan mewarnai, lebih baik menyimak latar belakang penulisan bukunya terlebih dahulu yuk!
Latar Belakang Perjalanan Buku Pulih
Ada mbak Widyanti Yuliandari yang akrab disapa dengan Mbak Wid, sebagai ketua umum IIDN menjelaskan perjalanan pembuatan antologi buku Pulih malam itu.
Mbak Wid menginginkan buku yang akan diterbitkan tidak sekedar tulisan biasa yang dibuat oleh banyak orang saja tapi juga sebagai tempat belajar hal baru dan mendapatkan benefit baik untuk penulis maupun pembacanya.
Untuk tema buku, Mbak Wid mencari ide dengan cara mengamati akun sosial media teman-teman baik penulis maupun blogger yang berhubungan dengan pekerjaannya. Gak cuma itu, blog teman-teman juga ikut dikepoin juga agar mendapatkan ide untuk tema buku.
Dari pengamatannya tersebut membuahkan kesimpulan bahwa tulisan teman-teman kebanyakan berupa curhatan, kegalauan, dan isi hati yang bisa diartikan sebagai jendela jiwa. IIDN sebagai komunitas menulis yang berisi ibu-ibu ingin ikut merawat ide dan tulisan membernya. Program Kerja Divisi Buku IIDN akhirnya memutuskan untuk membuat penulisan antologi bertema Mental Illness.
Dalam menulis buku Pulih maka teman-teman akan menuliskan cerita yang berhubungan dengan masa lalu dan mungkin saja akan menguak luka masa lalu juga. Untuk itu selama proses menulis, teman-teman diberikan pendampingan oleh ahlinya dari Ruang Pulih.
Menurut mbak Wid, proses penulisan buku bisa dikatakan lancar dari segi waktu, namun ada proses pasang surut karena memiliki tema yang berbeda dengan buku antologi sebelumnya. Ada kisah-kisah luar biasa di dalamnya baik yang berhubungan dengan diri penulis maupun orang lain.
Kendala yang dihadapi saat menulis anotologi Pulih datang dari faktor eksternal dan serta sedikit mengungkapkan aib masa lalu yang belum tentu penulisnya siap karena belum pulih. Mereka terus didampingi dalam proses pulih sebelum menuliskan ceritanya. Dalam perjalanan waktu ada juga kontributor yang berguguran karena tidak sanggup melalui proses pulih dan ada pula yang disebabkan karena tulisan belum memenuhi kriteria.
Pendampingan oleh Ruang Pulih
Ruang Pulih merupakan konsultan yang memberikan bimbingan dan pendampingan secara profesional untuk terapi mental, psikolog, dan psikiater untuk wanita dan anak guna memulihkan diri dan mengembangkan diri.
Pada event online tersebut hadir dr. Maria Rini I, Sp Kj sebagai psikiater yang menjelaskan bahwa peran komunitas itu penting dalam kesehatan jiwa seseorang. Sebagai manusia, kita tidak bisa hidup sendiri, karena itu butuh kelompok untuk kehidupan sosialnya yang bermanfaat agar bisa saling memberi.
Manusia juga membutuhkan seseorang atau orang lain agar bisa memberikan cintanya, dan memperoleh perhatian dari orang lain. Nah, dalam komunitas rasa ini bisa terbentuk karena peran komunitas sangat besar sebagai penopang kesehatan jiwa khususnya untuk perempuan agar bisa menyongsong rasa bahagia di masa depan bersama keluarga, teman, dan orang lain.
Dari Ruang Pulih sendiri hadir Mbak Intan Maria Halim sebagai founder Ruang Pulih yang juga bertindak sebagai konselor untuk pendampingan penulisan buku Pulih. Mbak Intan bilang, wanita itu butuh self healing, self care agar permasalahan mental yang ada pada dirinya tidak makin membesar. Setiap orang itu bertanggung jawab untuk pulih.
Menurut WHO 1 dari 4 orang di dunia mengalami gangguan mental 1 kali dalam fase hidupnya. Sekitar 450 juta orang saat ini mengalami gangguan mental dan 1 juta orang memilih mengakhiri hidupnya. Yang mengejutkan ternyata depresi diperkirakan menjadi penyebab kedua kelumpuhan dan kematian di tahun 2020.
Arti Mewarnai Mandala
Ternyata kita punya tanggung jawab untuk menyembuhkan trauma masa lalu. Ruang Pulih mencoba menceritakan bahwa setiap individu itu punya warnanya sendiri. Warna tersebut diibaratkan dengan jiwa di mana setiap orang punya cerita atau warnanya sendiri.
Melalui pewarnaan Mandala berarti kita mengizinkan untuk memisahkan keruwetan yang ada pada diri kita. Proses pewarnaan sering kali kita menuangkan apa yang ada di dalam diri kita secara sadar melalui pemilihan warna. Misalnya memilih warna gelap yang artinya ada kekakuan atau rasa sedih. Atau pilihan warna orange berarti energik dan antusias.
Dengan mewarnai Mandala artinya kita bisa mengekspresikan diri melalui pilihan warna dan bagian mana yang akan diwarnai terlebih dahulu karena setiap orang punya pilihan warnanya sendiri.
Mandala yang berasal dari Bahasa Sansekerta mempunyai arti lingkaran. Mandala juga memiliki bentuk pola atau simbol untuk merepresentasikan keutuhan secara personal dan kosmologis.
Ketika mewarnai Mandala kita bisa mempelajari fase pause atau jeda sejenak dari segala kesibukan dan hadir penuh saat ini untuk mengekspresikan emosi melalui warna. Kita perlu untuk berhenti sejenak dan mencintai diri sendiri agar mendapatkan kembali energi yang baru.
Cintai dirimu dan temukan warnamu. Untuk bisa pulih kita harus bisa berlatih dan berkembang. Setiap orang punya warnanya sendiri tidak ada yang salah dan benar dalam pemilihan warna tersebut. Yang paling terpenting adalah memberikan energi terbesar dalam hidup kita yaitu CINTA.
Selama mewarnai, saya berusaha fokus dan melupakan kegelisahan, kesibukan yang ada sementara waktu. Yang saya rasakan adalah perasaan tenang, happy, dan nyaman. Sesekali perlu juga kita meluangkan waktu untuk diri sendiri agar tetap waras. Ibu yang happy akan mempegaruhi pengasuhan dan kondisi keluarganya.
Mbak Intan juga mengajarkan kami untuk membayangkan perasaan jatuh cinta. Kita akan merasakan bahagia, lalu naikkan rasa itu agar semakin jatuh cinta. Naikkan hingga hitungan kelima. Kemudian balik perasaan jatuh cinta tersebut untuk diri kita sendiri.
Dari event online peluncuran buku ini, saya bisa belajar banyak hal yaitu perasaan cinta pada diri sendiri, melakukan proses pulih sebagai bentuk tanggung jawab dan selalu menemukan warnanya sendiri.
Di akhir acara mbak Intan meminta kami untuk mengikuti pembacaan Deklarasi Harga Diriku. Berikut ini isi dari deklarasi yang saya bacakan pada video di bawah ini.
Tentang Buku Pulih
Buku antologi Pulih ini ditulis oleh 25 orang ibu-ibu hebat yang tergabung di IIDN. Setelah mendengar latar belakang dan perjalanan pembuatan buku hingga terbit, saya masih penasaran dengan isi buku yang berlatar belakang mental illness ini.
Syukurlah Mbak Wid membacakan penggalan salah satu isi tulisan seseorang yang menceritakan tentang kenangan suaminya tersebut. Berikut penggalan cerita yang mengharukan tersebut.
Dari tulisan tersebut kita bisa melihat proses pulih penulisnya dengan menuangkan segala beban melalui tulisan. Dengan menulis maka bisa melampiaskan kesedihan, beban, pengalaman, dan kebahagiaan. Penulis sadar bahwa setelah kepergian suaminya, beliau tidak bisa terus bersedih karena ada anak yang membutuhkan dan harus move-on.
Tiap penulis di sini masing-masing menceritakan tentang cerita masa lalu dirinya maupun orang lain serta cara untuk pulih. Semuanya menulis dengan pendampingan dari Ruang Pulih untuk melalui proses pulih agar bisa menulis lebih nyaman dan tidak membuatnya menjadi terluka kembali.
Bagi pembaca, buku Pulih juga disajikan agar bisa merasa kuat dan ada semangat dalam menjalani hidup. Proses pulih ini dapat diibaratkan pondasi untuk menopang dalam perjalanan kehidupan. Ketika ada angin dan hujan kencang meskipun pondasinya kuat, lama-kelamaan akan mulai lapuk. Maka dari itu untuk tetap kuat butuh pendampingan agar bisa menguatkan kembali
Yang bisa diambil dari buku Pulih adalah permasalahan akan selalu muncul, tapi kita sendiri yang bisa memulihkannya.
Walaupun belum membaca keseluruhan isi buku Pulih, saya merasakan ada kekuatan baru dari sini, apalagi diberikan kesempatan mengikuti launching buku plus mendapatkan informasi penting bagaimana cara kita untuk pulih.
Untuk teman-teman yang penasaran isi bukunya, pemesanan buku melalui PO dengan harga Rp.95.000 bisa menghubungi langsung mbak Rahayu Pawitri di nomor WA 081312658662 atau melalui teman-teman penulis buku tersebut.
Apakah kita masih punya trauma yang belum pulih? Yuk, mulai bertanggung jawab untuk memulihkan diri. Mulai hari ini aku izinkan jiwaku bersih. Gimana dengan kamu?
24 Comments
Peran komunitas untuk mendukung agar seseorang pulih dari trauma tuh penting banget. Soalnya tak mudah memang untuk lepas dari trauma
ReplyDeletePengen juga mewarnai Mandala. Kesehatan mental bagi seseorang itu penting dan kita harus berusaha berdamai dengan itu. Aku suka nih yang berbau psikologi
ReplyDeleteseru yaa..selain dengar materi, ada sesi mewarnai Mandala juga. BTW, salah fokus nih sama hasil mewarnainya, rapiiii..
ReplyDeleteBagian ini favoritku:
ReplyDelete"... saya bisa belajar banyak hal yaitu perasaan cinta pada diri sendiri, melakukan proses pulih sebagai bentuk tanggung jawab dan selalu menemukan warna sendiri"
Wow, memilih warna juga bisa mewakili menggambarkan suasana hati ya
Keren banget IIDN, selalu ngeluarin buku buku baru. Yang ini kerasa beda ya mbk, kumpulan antologi yang bertema kesehatan mental. Penasaran sama bukunya
ReplyDeleteSayangnya, aku belum sempat menyelesaikan mandalaku pas ngumpul di WAG Pulih itu Mbak..ternyata manfaatnya banyak banget ya untuk ekspresi diri dan healing...penasaran dengan buku Pulih ini..keren..
ReplyDeleteIIDN memang keren banget deh..gak cuma menghasilkan buku Pulih yang tentunya keren banget, tapi juga menyelenggarakan webinar yang juga banyak ilmu yang bisa didapat
ReplyDeletePas acara grand launching kemarin amazed sama hasil mewarnai mandala temen-temen. Bagus-bagus. Dan ternyata bisa jadi art therapy ya, Mbak. Jadi nggak sabar banget pengen baca buku Pulih ini.
ReplyDeleteBagus banget bukunya ya mbak, liat covernya aja kayanya adem. Pengen ikut baca juga aku
ReplyDeleteAda rasa yang belum pulih dalam diriku. Cuma bingung mulai dari mana cara nyembuhinnya dan tanggung jawabnya? Bukunya cakep warnanya.
ReplyDeleteWah jd ada juga cerita yang dibuka lebar2 tapi dengan pendampingan ya supaya gak terlalu depresi ingat masa lalu yg udah2 ya mbak.
ReplyDeleteSemoga bukunya banyak menginspirasi pembacanya utk bisa bangkit dr masa lalu yang mungkin terpuruk dll
menyembuhkan diri dari trauma masa lalu memang butuh keberanian dan kekuatan yang luar biasa juga dukungan dari support system
ReplyDeleteAku ijinkan jiwaku pulih. Romantis banget Mbak Lid. Iyaaa ketika kita punya trauma, terutama yang cukup berat, kalau tak dibantu, mungkin cukup sulit keluar dari sana ya. Dengan buku ini kita semua bisa belajar dari mereka yang sudah bangkit atau pulih
ReplyDeleteaku juga senang mbak bisa ikutan Bincang Pulih ini...
ReplyDeletejadi lebih tahu ttg kesehatan mental
Tulisan terima kash dari suami yang dicukilkan di atas, semoga menjadi penyemangat perempuan yang sedang mengalami proses pemulihan dari mental illness
ReplyDeleteBertanggungjawab memulihkan diri, mulai hari ini mengizinkan jiwa bersih agar kembali pulih. Dalem banget bahasan teman dan acaranya. Curhatan para kontributor bukan sembarang curhat ya kalau begini. Membawa manfaat bagi diri agar pulih juga bermanfaat bagi pembaca terinspirasi kisahnya
ReplyDeleteAku penasaran sama buku ini. Karena banyak yg reviewnya bagus dan jd pengen baca juga
ReplyDeleteSaya langsung tertarik dengan ungkapan bahwa trauma kita bukan kesalahan kita, tapi bagaimana kita pulih adalah tanggung jawab kita. Noted!
ReplyDeleteJiwa yang sehat itu bikin hidup bahagia ya mbLid. Soalnya kadang kita meremehkan kalau ada yang ga pas sama mental kita
ReplyDeleteMasya Allah banyak pembelajaran yang berharga ya bagi yang mengikuti antologi ini, apalagi didampingi prikiater dan konselor sehingga tidak bias dan tulisannya jadi lebih mendalam lagi.
ReplyDeleteKeren banget ya.proses penulisannya sampai ada pendamping ahlinya..Jadi kelihatan banget buku ini kualitasnya oke punya
ReplyDeleteMandalaku juga warnanya warna kesukaanku semua, teh..
ReplyDeleteTernyata ada maknanya yaa..
Semoga dengan buku Pulih, banyak wanita yang terbuka bahwa "Trauma kita bukan kesalahan kita, tapi bagaimana kita pulih adalah tanggung jawab kita".
Ini jatohnya kayak cerpen penuh arti gitu ya mba bukunya.. ish jadi pengen baca, hebat banget IIDN bisa nerbitin buku seperti ini
ReplyDeletepenulisan kisah yg menguak luka itu tak mudah. tapi hebat yaa para penulisnya bs menyelesaikan dg baik. asyiknya lagi ada pendampingan dari tenaga profesional. ah jd pengen baca deh
ReplyDelete