Menghirup Udara Segar Dari Paru-paru Jawa di Petungkriyono

Setelah menjalani berbagai aktivitas harian, baik di kantor maupun di rumah, rasanya saya butuh refreshing untuk mengembalikan pikiran. Katanya sih kalau stres, kepikiran kerjaan trus di rumah itu tanda-tanda butuh piknik :). 



Nah, pas bener nih saya ikutan event Amazing National Petung Explore 2017 di Pekalongan yang berlangsung tanggal 4-6 Agustus 2017. Event yang diselenggarakan oleh Kajen dan beberapa pihak yang mendukung ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia.

Pembukaan Amazing National Petung Explore 2017

Satu persatu peserta datang ke kota Pekalongan untuk melakukan registrasi dan berkumpul di hotel Sahid Mandarin Pekalongan. Pada kesempatan ini bapak Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi, SH, Msi hadir untuk membuka dan memberikan sambutan pada kami peserta.

Explore Petungkriyono

Kepergian kami untuk mengexplore Petungkriyono di lepas oleh bapak Bupati dari Pendopo Kabupaten Pekalongan. Perjalanan kurang lebih sekitar 1 jam menuju Doro untuk beralih naik angkutan ANGGUN PARIS (Angkutan Pegunungan dan Pariwisata). Namanya unik ya, mobil colt buntung atau L300 tanpa atap alias bak terbuka ini memang dijadikan angkutan wisatawan yang berkunjung ke Petung. Jangan khawatir, di belakang sudah disediakan kursi kok, dan mobil pun sudah dirancang khusus agar tertutup atapnya menggunakan terpal. Walaupun ada angin masuk tapi udaranya segar kok.

Memasuki gerbang Petungkriyono, kami sudah disambut oleh dua orang penari yang membawakan tarian selamat datang bagi para peserta. Selain itu juga, kami dijamu dengan segelas kopi petung. Nikmanya menyeruput kopi di alam bebas seperti ini. Rasanya paru-paru Jawa sudah mulai terasa dan menggantikan udara yang pengap dan penuh dengan polusi.


Petungkriyono ini adalah daerah pegunungan yang berada di sebelah selatang Kawasan Dataran Tinggi Dieng dan rangkaian gunung seperti Rogojembangan, Kendalisodo, Sikeru, Perbata, Geni, dan Kukusan. Petungkryono merupakan nama kecamatan yang berada di Pekalongan, yang juga dikenal sebagai Kota Batik. Untuk menembuh ke kawasan ini kami menempuh jarak sekitar 34 KM dari pusat Kota Pekalongan. Lumayan jauh, tapi kita bisa melihat alam yang asri dan menghirup udara segar. Bosen kan kalau sehari-hari melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi di Jakarta. Kali ini hanya ada pohon-pohon yang menjulang tinggi di sepanjang jalan.

Memasuki kawasan Petungkriyono, berarti kita sedang dibawa menuju hutan. Kiri kanan jalan dipenuhi oleh pohon pinus dan pakis. Belum lagi kita bisa melihat warga desa yang sedang melakukan aktivitasnya seperti membawa kayu bakar atau berjalan menuju tempat bekerjanya. Di sini saya bisa merasakan bagaimana kehidupan mereka di sini yang sepi dan jauh dari hiburan di perkotaan. Kadang-kadang kita perlu loh untuk menghilangkan penat dengan berada di tempat yang sepi seperti ini, walaupun konsekuensinya tidak ada signal telpon apalagi internet :)

Curug Sibedug


Curug yang pertama kami lalui ini memang tidak terlalu tinggi, tapi kami antusias untuk berfoto-foto di sini. Maklum lah di kota saya tidak ada yang namanya curug :) Air yang mengalir jernih membuat ingin mencelupkan kaki di sana.

Jembatan Sipingit


Rombongan peserta berhenti di Jembatan Sipingit dan turun ke bawah jembatan yang dialiri sungai Welo. Aliran sungai yang sedang tidak deras, kami pun asyik bermain-main di sana. Satu per satu batu kami pijak untuk memperoleh spot yang bagus untuk mengambil gambar.

Curug Welo

Udara semakin dingin, spot selanjutnya masih harus kami kunjungi. Saya sempang melihat lutung yang sedang loncat dari satu pohon ke pohon lainnya. Wah ternyata memang daerah Petungkriyono ini masih asri pantas saja dinamakan paru-paru Jawa. Masih ada satwa yang tinggal di sini. Semoga masih bisa dipelihara dan tidak terancam kepunahan ya marga satwa yang berada di sini.


Di Curug Welo, banyak spot dan aktivitas menarik yang dapat dilakukan oleh pengunjung. Seperti tubing, naik rumah pohon atau sekedar foto-foto saja.



Curug Bajing


Di Curug Bajing ini lah spot curug terakhir yang kami kunjungi. Air terjun yang berada di sini cukup tinggi dibandingkan dengan Curug Sibedug yang say alihat pertama


Curug Lawe dan Hutan Soko Kembang


Di Curug Lawe ini, spot terakhir yang kami kunjungi. Setelah makan siang, acara pun ditutup oleh ibu wakil bupati. Hari semakin malam, udara pun semakin menusuk tubuh. Udara dingin yang sudah mulai tidak bersahabat membuat saya kedinginan. Dan akhirnya kami pun harus kembali ke hotel untuk segera beristirahat.

Semoga lain waktu bisa kembali ke Petungkriyono dengan waktu yang lebih lama lagi, untuk menikmati keindahan alam di sana.

Post a Comment

3 Comments

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)