Theresia Dwiaudina Sari Putri: Perjuangan Seorang Bidan Muda Melawan Stunting di Nusa Tenggara Timur

Beberapa waktu lalu, saya memperhatikan si sulung saya yang kini baru saja memasuki semester pertama perkuliahannya. Ia terlihat sibuk membuat sebuah poster bertajuk “Stunting Hilang, Prestasi Gemilang.” Judul itu begitu menarik perhatian saya, sekaligus memunculkan rasa bangga dalam hati. Melihat anak muda seperti dia sudah mengenal isu kesehatan sejak dini, khususnya tentang stunting, membuat saya semakin yakin bahwa kesadaran akan pentingnya kesehatan mulai tertanam di generasi saat ini. Ini adalah hal yang sangat positif, mengingat pemahaman mendalam mengenai kesehatan akan membawa dampak besar bagi generasi penerus yang lebih kuat dan sehat, sejalan dengan cita-cita pemerintah untuk menciptakan generasi emas bebas stunting pada 2045.

Theresia Dwiaudina Sari Putri:



Sebagai orang tua, terutama sebagai seorang ibu, kita memiliki peran besar dalam memastikan anak-anak kita tumbuh dengan asupan gizi yang optimal. Banyak upaya yang dapat kita lakukan untuk mendukung perkembangan mereka, dari memperhatikan pola makan hingga memberikan nutrisi yang seimbang agar mereka dapat tumbuh sesuai dengan tahapan usianya. Namun, mungkin tidak semua dari kita memahami dengan jelas apa sebenarnya stunting dan bagaimana langkah-langkah konkret yang bisa kita ambil untuk mencegahnya. Mari kita gali lebih dalam mengenai stunting dan cari tahu apa yang bisa kita lakukan sebagai orang tua untuk menjaga kesehatan dan masa depan anak-anak kita.

Mengenal Lebih Dekat Stunting: Tantangan untuk Generasi Sehat


Belakangan ini, isu stunting menjadi topik yang semakin sering dibicarakan dalam dunia kesehatan, terutama terkait dengan masa depan generasi muda. Stunting, atau kondisi anak yang mengalami kekurangan gizi kronis sehingga tinggi badannya lebih pendek dari standar usianya, bukan hanya persoalan tentang fisik yang tidak berkembang maksimal, tetapi juga menyangkut perkembangan kognitif dan kualitas hidup anak di masa depan. Dampaknya meluas hingga ke kesehatan, pendidikan, dan kemampuan ekonomi anak saat dewasa nanti. Untuk itulah, stunting menjadi perhatian serius bagi pemerintah Indonesia yang telah menetapkan target menurunkan angka stunting hingga mencapai generasi emas bebas stunting pada tahun 2045.

Apa Itu Stunting dan Penyebabnya?


Stunting adalah kondisi yang terjadi ketika seorang anak mengalami pertumbuhan yang terhambat, umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang. Secara medis, stunting terjadi ketika tinggi anak berada di bawah rata-rata atau lebih dari dua standar deviasi dari standar pertumbuhan yang ditetapkan WHO. Penyebab stunting bisa beragam, mulai dari kurangnya asupan makanan bergizi, infeksi berulang yang tidak tertangani, hingga praktik pola asuh yang kurang optimal dalam menjaga kebersihan dan kesehatan anak.

Stunting sering kali dimulai sejak masa kehamilan jika ibu mengalami kekurangan gizi atau tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai. Setelah lahir, anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan, kurangnya asupan protein hewani, serta jarangnya pemeriksaan ke posyandu, dapat memperbesar risiko stunting. Selain itu, infeksi yang berulang pada anak, seperti diare atau infeksi pernapasan, juga bisa memperburuk kondisi kesehatan dan menghambat proses tumbuh kembangnya.

Dampak Stunting pada Masa Depan Anak


Stunting tidak hanya berdampak pada fisik anak yang lebih pendek dari teman-temannya, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan otak dan kecerdasan. Anak yang stunting cenderung memiliki IQ yang lebih rendah, kesulitan dalam berkonsentrasi, serta performa akademis yang kurang optimal. Dalam jangka panjang, hal ini akan mempengaruhi peluang anak untuk meraih prestasi di sekolah, keterampilan kerja, dan bahkan produktivitasnya saat dewasa.

Lebih jauh lagi, anak-anak yang mengalami stunting juga berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan lain di masa depan, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Mereka juga cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah, sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Oleh karena itu, memerangi stunting bukan hanya soal menambah tinggi badan anak, tetapi juga memastikan anak memiliki masa depan yang lebih sehat dan produktif.

Cegah Stunting dengan Langkah ABCDE


Untuk membantu orang tua dan masyarakat mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah praktis yang dapat diterapkan, sering disebut sebagai langkah ABCDE. Berikut ini penjelasan dari setiap langkahnya:

  • (Aktif Minum Tablet Tambah Darah - TTD): Remaja putri disarankan mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) sekali seminggu untuk mencegah anemia, sedangkan ibu hamil dianjurkan minum satu tablet TTD setiap hari, setidaknya sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, salah satu faktor risiko stunting.
  • (Bumil Teratur Periksa Kehamilan): Ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan minimal enam kali, di mana dua kali pemeriksaan di antaranya menggunakan USG oleh dokter. Pemeriksaan rutin ini penting untuk memastikan janin tumbuh dengan sehat dan mendeteksi dini kemungkinan masalah kesehatan yang bisa memengaruhi tumbuh kembang anak.
  • (Cukupi Konsumsi Protein Hewani): Protein hewani sangat penting dalam membantu tumbuh kembang anak. Bayi di atas enam bulan perlu mendapatkan asupan protein hewani setiap hari untuk menunjang perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
  • (Datang ke Posyandu Setiap Bulan): Posyandu adalah tempat di mana pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipantau. Dengan rutin memeriksakan anak ke posyandu, orang tua bisa memastikan tinggi dan berat badan anak sesuai dengan usianya serta melengkapi imunisasi yang diperlukan.
  • (Eksklusif ASI 6 Bulan): Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sangat penting, dan dianjurkan untuk dilanjutkan hingga usia dua tahun. ASI mengandung nutrisi terbaik yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan awal yang optimal, sekaligus meningkatkan kekebalan tubuhnya.


Kolaborasi untuk Masa Depan Indonesia yang Sehat


Masalah malnutrisi, terutama stunting, ibarat sebuah tantangan besar yang tidak mungkin dituntaskan oleh satu pihak saja. Bayangkan, bagaimana mungkin kita bisa melawan masalah sebesar ini hanya dengan satu tangan? Di sinilah pentingnya kolaborasi dari segala penjuru – pemerintah, sektor swasta, tenaga kesehatan, dan tentu saja masyarakat umum. Kita semua bisa berperan menjadi agen perubahan, meski sekecil apa pun kontribusinya. Langkah sederhana seperti berbagi informasi tentang gizi yang benar di media sosial atau menulis artikel blog bisa menjadi percikan kecil yang menyulut kesadaran banyak orang.

bidan inspiratif



Sosok yang bisa dijadikan inspirasi dalam upaya melawan stunting adalah Theresia Dwiaudina Sari Putri. Di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Desa Uzuzozo, Kecamatan Nangapanda, ia menunjukkan bahwa tekad mampu menembus batas. Di tengah keterbatasan fasilitas dan sumber daya, Theresia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Dengan penuh semangat, ia mendatangi rumah-rumah, memberikan edukasi langsung kepada para ibu tentang pentingnya gizi, dan bahkan membantu para tenaga kesehatan di desanya.

Theresia bukanlah seorang tokoh besar yang selalu disorot kamera, tetapi perjuangannya mengingatkan kita bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Melalui sosok-sosok seperti Theresia, kita bisa belajar bahwa semua orang, tanpa memandang latar belakang, dapat menjadi bagian dari solusi.


Mengenal Theresia Dwiaudina Sari Putri: Dedikasi di Tanah Kelahiran


Di tengah keterbatasan, ada sosok Theresia, seorang bidan muda bernama lengkap Theresia Dwiaudina Sari Putri. Ia tumbuh di sebuah desa kecil yang jauh dari hingar-bingar kota, sebuah tempat di mana fasilitas kesehatan masih sangat minim. Namun, setelah lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya pada tahun 2016, ia memilih untuk kembali ke kampung halamannya, dengan tekad ingin mengabdikan ilmunya untuk masyarakat setempat. Ia menjadi tenaga honorer di desa itu, dengan penghasilan yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Meski begitu, baginya, nilai pengabdiannya jauh melebihi gaji yang diterima.

Ketika pertama kali Theresiaini tiba di desa, ia dihadapkan pada kenyataan yang cukup sulit. Akses menuju desa tempatnya bekerja hampir tidak bisa dijangkau dengan kendaraan umum, membuat desa ini seolah terisolasi dari dunia luar. Kondisi tersebut mempengaruhi banyak tenaga kesehatan untuk enggan mengabdi di sana. Namun, hal ini justru semakin membakar semangat Theresia. Baginya, ketidakmudahan itu adalah panggilan hati untuk berjuang lebih keras demi para ibu dan anak di sana.

Pada tahun 2017, Theresia ditugaskan di Desa Uzuzozo, desa terpencil dengan sejumlah masalah kesehatan yang cukup serius. Di sana, ia menyaksikan banyak ibu hamil yang melahirkan tanpa bantuan tenaga medis, hanya dengan bantuan dukun beranak yang tidak memiliki pelatihan medis. Anak-anak di desa itu pun tumbuh dengan asupan gizi yang kurang memadai, dan masalah stunting menjadi hal yang biasa. Theresia menyadari bahwa tugasnya bukan hanya memberikan pelayanan kesehatan, tetapi juga membawa perubahan besar di desa itu.

bidan di nusa tenggara timur



Dengan penuh dedikasi, mulai memberikan edukasi kepada para ibu di Desa Uzuzozo. Ia memperkenalkan pentingnya pemeriksaan kandungan rutin di fasilitas kesehatan dan memberikan penjelasan mengenai nutrisi yang baik bagi ibu hamil dan anak-anak. Awalnya, ia menghadapi tantangan dalam meyakinkan masyarakat yang sudah terbiasa dengan cara lama. Namun, dengan pendekatan yang hangat dan perlahan, ibu-ibu di Uzuzozo mulai mempercayainya dan rutin melakukan pemeriksaan kandungan.

Perjuangannya pun berbuah manis. Berkat usahanya, jumlah bayi stunting di Uzuzozo berkurang drastis, dari 15 anak pada 2019 menjadi hanya tiga anak saat ini. Ibu-ibu di desa tersebut kini memilih melahirkan di fasilitas kesehatan, di mana mereka merasa lebih aman dan terjaga. Bagi Theresia, melihat anak-anak di Uzuzozo tumbuh sehat adalah pencapaian yang tak ternilai, sebuah bukti bahwa di balik segala keterbatasan, cinta dan dedikasi dapat membawa perubahan besar.


Penerima Apresiasi SATU Indonesia Bidang Kesehatan


Di balik setiap prestasi, selalu ada kisah perjuangan yang menginspirasi. Begitu juga dengan sosok Theresia, seorang pejuang kesehatan yang telah mencurahkan segala usaha dan hatinya demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Perjuangannya tak hanya terlihat dari kerja kerasnya, tetapi juga dari dedikasinya yang tulus untuk menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi generasi Indonesia.
Kerja kerasnya tidak luput dari perhatian. Sebagai pengakuan atas upayanya yang tak kenal lelah, Theresia meraih penghargaan SATU Indonesia di bidang kesehatan. Penghargaan ini bukan sekadar sebuah trofi, tetapi sebuah simbol penghargaan bagi individu-individu seperti Theresia, yang rela berkorban demi kesehatan orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Melalui penghargaan ini, Theresia tidak hanya mendapatkan pengakuan, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang dan berkontribusi dalam bidang kesehatan.

Kisah Theresiaini adalah pengingat bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil untuk kebaikan bersama, seberapa pun kecilnya, dapat membawa perubahan besar bagi masyarakat. Melalui perjuangan Theresia, kita semua diingatkan akan pentingnya saling mendukung dan berkolaborasi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.


Berjuang Bersama untuk Masa Depan Generasi Emas


Mengatasi stunting memang memerlukan langkah besar dari berbagai pihak, tetapi kontribusi kecil dari setiap individu, mulai dari pemahaman tentang nutrisi hingga pengawasan kesehatan anak-anak, memiliki dampak yang luar biasa dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2045. Mari kita dukung pemerintah dan semua pihak yang berjuang keras untuk menciptakan generasi emas yang bebas stunting. Setiap langkah kecil kita adalah investasi besar untuk masa depan anak-anak Indonesia.

Desa Uzuzozo



Semoga semakin banyak Theresia Dwiaudina Sari Putri lainnya yang mau berjuang melawan stunting di berbagai daerah dengan tulus tanpa memikirkan materi. Desa Uzuzozo, yang terletak di pedalaman, pasti memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi. Melalui dukungan dari Astra, kita berharap semakin banyak generasi muda yang bisa dibantu untuk membangun negeri ini.



Referensi :

https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards
https://ayosehat.kemkes.go.id/cegah-stunting-dengan-abcde
https://www.fitrian.net/2024/09/malnutrition-awareness-week-diselengarakan-oleh-perhimpunan-nutrisi-indonesia.html
https://www.instagram.com/dwiaudn_

Post a Comment

0 Comments