Masalah kurang gizi dan stunting masih menghantui sebagian masyarakat, terutama yang tinggal di pedesaan. Faktor utamanya adalah kondisi ekonomi yang menyebabkan susah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Sedangkan dampak panjangnya akan menurunkan kualitas generasi mendatang. Ini yang mendorong Hayu Dyah Patria terjun dan melakukan pendampingan pada masyarakat.
![]() |
Source : https://www.radioidola.com/ |
Perempuan 41 tahun yang biasa disapa dengan Dyah ini tergerak hatinya untuk turun dan membantu menangani masalah gizi di Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Jombang. Karena kemiskinan dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai potensi tanaman di sekitar, banyak anak yang mengalami gizi buruk.
Tercatat pada data BPS, terdapat 17,9% angka kekurangan gizi. Sedangkan jika mampu memanfaatkan potensi tanaman lokal, bahkan jenis liar yang tidak perlu dibudidayakan atau membeli, masalah tersebut dapat diatasi.
Krokot dan Kastuba, Sumber Gizi Murah, Tidak Perlu Beli
Di lingkungan sekitar rumah penduduk Galengdowo, termasuk lahan pertanian dan tanah tegalan sangat mudah untuk menemukan tanaman krokot. Jenis tanaman yang mempunyai kandungan air cukup tinggi ini sebelumnya hanya untuk pakan jangkrik dan kambing.
Padahal gizinya sangat tinggi. Bahkan kandungan omega 3 yang terdapat di dalamnya dapat membantu mencerdaskan anak-anak. Sayangnya karena belum memahami hal tersebut, jenis tanaman yang bisa mengatasi gizi buruk tersebut tidak dimanfaatkan dengan optimal. Padahal dari rasa, krokot yang termasuk jenis rumput liar ini cukup manis dan segar.
Begitu juga dengan kastuba yang dibiarkan tumbuh tanpa ada fungsi. Dyah yang mempelajari pemanfaatan serta kandungan zat penting dalam beberapa tanaman mengkampanyekan pemanfaatannya untuk memenuhi gizi masyakat.
Dengan majunya teknologi, sebenarnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi tumbuh kembang anak sudah cukup bagus. Namun karena keterbatasan ekonomi, kadang tidak memperhatikan asupan yang masuk pada tubuh anak-anak. Sedangkan dalam masa pertumbuhan mereka membutuhkan zat penting dengan jumlah dan jenis yang sesuai.
Mengolah Krokot dan Kastuba menjadi Menu Lezat dan Sehat
Kedua jenis tanaman ini bukan hanya bagus untuk anak-anak tetapi juga orang dewasa. Kandungan bahan alaminya sesuai dengan kebutuhan tubuh, mudah mendapatkan dan mengolahnya. Tanpa harus mengeluarkan uang, semua keluarga bisa memenuhi kebutuhan zat penting bagi tubuh sehingga tingkat kesehatan dan kesejahteraan meningkat.
Sampai saat ini Dyah meneliti lebih dari 300 jenis tanaman liar yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat setempat. Untuk melakukan aksinya tersebut, Dyah menggandeng akademisi dalam hal penelitian dan kampanye kepada masyarakat.
Dyah bukan hanya menyampaikan secara teori kenapa jenis tanaman liar tersebut mampu mengatasi masalah gizi, namun juga mencontohkan langsung cara mengolah dan mengonsumsinya. Masyarakat tidak hanya mendapat pengetahuan sepotong saja, namun bisa langsung memanfaatkan dengan menyajikannya dalam menu sehari-hari.
Kasuba merupakan jenis daun yang banyak mengandung mineral penting untuk perkembangan otak. Dengan daun kastuba, Dyah mengenalkan jenis sayuran yang sehat dan rasanya nikmat. Cara mengolahnya pun sangat mudah dan bisa disajikan dalam beragam menu.
Ibu-ibu dapat mengolahnya menjadi urapan, pecel, buntil, pepes, oseng dan lainnya. Agar anak-anak suka, bisa mengolah dan memberi bumbu yang familiar dengan lidah mereka. Sebagai contoh tanpa menggunakan cabe atau menambahkan gula jawa agar mereka lebih suka.
Sedangkan untuk krokot sangat enak diolah menjadi sayur bening, urapan, pecel, plecing dan lainnya. Anak-anak akan mendapatkan lauk enak, murah dan terpenuhi kebutuhan gizinya. Tanaman krokot bukan hanya mengandung Omega 3 yang merupakan nutrisi otak, tetapi juga berbagai jenis vitamin penting.
Setiap wilayah mempunyai jenis tanaman tertentu yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi bagi masyarakat. Dengan memanfaatkan kearifan lokal, kebutuhan gizi bisa terpenuhi tanpa harus mengeluarkan uang dalam jumlah cukup. Jika semua keluarga sehat, maka masyarakat dan masa depan bangsa juga lebih sejahtera.
Dyah sudah membuktikan bahwa langkah kecil yang dilakukan mampu memberi masa depan dan harapan bagi anak-anak sekarang dan generasi yang akan datang. Langkah kecil yang dilakukan Dyah telah mengantarkannya menjadi salah satu kandidat penerima Satu Indonesia Award yang merupakan penghargaan bagi generasi muda inovatif dari Astra.
Jika Dyah bisa, kita semua pasti juga bisa. Saat ini banyak hal yang bisa dilakukan untuk memberi kontribusi pada masyarakat dan bangsa Indonesia. Kita bisa melihat sekitar, apa yang bisa kita lakukan dan persembahkan untuk Indonesia.
0 Comments