Wujudkan Indonesia Bebas Kusta, Jangan Kucilkan Mereka. Bicara soal kusta atau lepra, pertama kali mendengar penyakit yang satu ini dari TV Series Rumah Masa Depan yang pernah tayang di TVRI sekitar tahun 80-an kalau tidak salah. Pada salah satu episode menceritakan tentang Pak Kosim penderita kusta yang dikucilkan oleh orang kampung tersebut karena takut menular bahkan ada yang menganggap penyakit itu kutukan.
Cerita dari seri tersebut sebenarnya tidak dibuat-buat, karena pada kenyataannya masih ada orang yang menganggapnya demikian. Hal tersebut membuat penderita kusta menarik diri dari pergaulan masyarakat karena malu bahkan tidak mempunyai pekerjaan dan tidak dapat membiayai hidupnya karena masuk ke golongan difabel.
Fakta Tentang Kusta
Setelah puluhan tahun, ternyata penyakit kusta masih ada, termasuk di Indonesia. Ketika melihat tayangan Youtube KBR yang membahas tentang "Geliat Pemberantasan Kusta dan Pembangunan Inklusi Disabilitas di Tengah Pandemi", ada fakta mengejutkan mengenai kusta. Ternyata Indonesia termasuk negara peringkat ke-3 di dunia yang memiliki total kasus kusta,
Kusta atau lepra merupakan penyakit yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium leprae.
Dari perbincangan tersebut saya mendapatkan banyak informasi penting mengenai kusta. Benar bahwa kusta itu termasuk penyakit menular tapi penularannya tidak mudah. Kusta bisa ditularkan melalui droplet di udara hanya saja membutuhkan inkubasi yang lama waktunya.
Tanda-tanda seseorang menderita kusta bisa dilihat adanya bercak pada kulitnya berwarna putih dan meninggalkan sedikit benjolan atau lesi yang terasa mati rasa atau baal pada bagian tersebut meskipun dilukai.
Untuk memastikan bercak tersebut adalah kusta, harus melalui pemeriksaan terlebih dahulu karena gejalanya hampir sama dengan penyakit kulit lainnya seperti panu, kadas, atau kurap.
Upaya Pemberantasan Kusta di Tengah Pandemi
Pada siaran berita KBR ada bapak Komarudin dari Kabupaten Bone yang menyampaikan bahwa semenjak pandemi temuan kusta di sana mengalami penurunan karena mengalami kendala karena adanya pandemi yang melanda, sehingga para tenaga kesehatan tidak bisa mengunjungi pasien dan menemukan kasus baru di berbagai daerah.
Baru di bulan Juni tenaga kesehatan bisa mendatangi masyarakat untuk mencari temuan kusta. Jika penanganan dihentikan khawatir terjadi penularan pada masyarakat.
📌 Melibatkan Nakes dan Kader
Upaya pemberantasan kusta di Kabupaten Bone melibatkan tenaga kesehatan, kader-kader yang sudah terlatih maupun baru untuk diterjunkan di masyarakat, dan tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku.
📌 Melakukan Pendataan
Para nakes dan kader tersebut melakukan pendataan terhadap masyarakat yang mengalami bercak-bercak pada kulitnya. Selanjutnya jika ditemukan kecurigaan akan ditindak lanjuti oleh petugas Puskesmas.
Para nakes bukan mencari masyarakat yang mempunyai gejala kusta, melainkan melakukan pendataan terhadap mereka yang memiliki kelaintan kulit.
📌 Melakukan Penyuluhan Singkat
Penyuluhan tentang kusta ini dilakukan di desa, sekolah agar masyarakat lebih aware dan mengajak melakukan pencegahan dengan mematuhi protokol kesehatan karena pada intinya kusta maupun covid-19 penularannya mirip melalui droplet.
Adanya Stigma Alami Disabilitas Karena Kusta
Adanya stigma di masyarakat tentang penyakit kusta dapat mengakibatkan disabilitas pada pasiennya sehingga menderita dikucilkan karena takut terjadi penularan.
Upaya pemberantasan kusta juga harus dibarengi dengan cara pencegahan kecacatan akibat dari penyakit tersebut. Ada tiga cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh pasien kusta yaitu memeriksa tangan, kaki, dan mata. Apakah di tangan dan kaki ada luka yang terasa kebal atau mati rasa, sedangkan pada mata bisa dilihat apakah pandangan terasa kabur. Jika ada yang dirasakan dari tiga hal tersebut sebaiknya segera memeriksakan diri agar terhindar dari kecacatan.
Pasien yang sudah didiagnosa menderita kusta juga harus rutin minum obat dan memeriksakan diri ke puskesmas untuk pemeriksaan fungsi saraf.
Pembangunan Inklusi Disabilitas di Tengah Pandemi
Adanya himbauan untuk tidak mengucilkan penderita kusta, lalu bagaimana kalau mereka sudah mengalami disabilitas? Bagaimana dengan masa depannya? Bagaimana mereka mencari nafkah?
Menurut bapak Komarudin (Wasor Kusta) di Kabupaten Bone sudah dilakukan pelatihan berbagai macam pekerjaan agar mereka bisa hidup berdampingan dengan masyarakat.
Bicara soal inklusi disabilitas di tengah pandemi juga terpengaruh karena berbagai sektor juga mengalami perubahan, banyak perusahaan yang collapse.
Bapak Rohman Budianto (mengatakan Direktur Eksekutif The jawa Pos) bahwa di perusahaan media tersebut tidak mendiskriminasikan perbedaan fisik dalam rekrutmen tenaga kerja yang dilihat adalah kemampuannya bahkan sebelum adanya Undang-Undang Disabilitas.
Kusta memang belum ada vaksinnya tapi bisa didiagnosis sejak dini dan melakukan pengobatan guna mencegah komplikasi, cacat hingga penularan. Di daerah endemik seperti di Kabupaten Bone atau daerah lainnya perlu dilakukan terus pemeriksaan agar kasus kusta tidak meluas. Yuk jangan kucilkan penderita kusta demi wujudkan Indonesia bebas kusta.
Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=k8SlEpVDgbw
https://www.halodoc.com/kesehatan/kusta
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3636848/mengenal-penularan-penyakit-kusta-yang-sering-dikira-kutukan
https://kbr.id/kesehatan/01-2020/mungkinkah_indonesia_bebas_kusta_/102092.html
29 Comments
Asli, aku baru tahu fakta kalau Indonesia termasuk banyak yang menderita Kusta, Bun. Salutt dengan Pak Rohman, penderita Kusta juga berhak kerja di tempat yang layak sesuai skillnya.
ReplyDeleteSaya pernah mendengar bahwa penyakit kusta memang menular. Dan informasi yang beredar di masyarakat bahwa kusta adalah penyakit berbahaya. Makanya, penderitanya jadi dikucilkan.
ReplyDeletePenyuluhan mengenai penyakit ini memang sangat penting di desa-desa. Biar masyarakatnya paham bahwa nggak seharusnya kita mengucilkan penderita kusta.
Dulu saya juga mengenal penyakit kusta dari serial TV Rumah Masa Depan, Mbak. Miris juga ya, ternyata negara kita peringkat ke-3 di dunia karena banyaknya penderita kusta. Semoga Indonesia bisa segera bebas dari kusta.
ReplyDeletemati kita bersama" membantu wujudkan Indonesia bebas kusta, apalagi saling mendata dan menolongnya dengan memberikan support moral dan motivasi kepada mereka
ReplyDeleteKaget juga kalau Indonesia berada di urutan ketiga soal jumlah penderita kusta. Harus jadi perhatian bersama, gimana bisa ditangani agar semua sembuh dan penderita punya kesempatan yang sama dalam mendapatkan pekerjaan atau peluang rezeki. Jangan dijauhi, tapi dibantu gitu ya Mbak sesuai bidang yang bersangkutan. Dibantu pihak nakes yang kompeten, apalagi selama pandemi, moga kusta cepat hilang dari Nusantara.
ReplyDeleteWah ternyata risikonya besar juga ya hingga cacat. Tapi setuju banget jangan sampai stigma negatif bikin pasien kusta jadi dijauhi
ReplyDeleteSaya kenal penyakit kusta waktu SD dari pelajaran di sekolah. Sekarang ini saya kira penyakit ini sudah nggak ada tapi ternyata masih banyak penderitanya, ya. Semoga dengan edukasi yang tepat bisa membantu pemahaman yang tepat tentang kusta dan mengurangi penyebarannya.
ReplyDeletekurangnya sosialisasi dan edukasi soal kusta, malah bisa menyebabkan diskriminasi terhadap penderita kusta. Jadi makin terkucilkan aja penyandang kusta. Bukannya berkurang, malah bertambah banyak penderitanya. Makanya penting banget nih banyak pihak terlibat untuk mengeduksi masyarakat tentang kusta.
ReplyDeleteSedih rasanya kalau masih ada daerah-daerah yang mengalami wabah kusta ini. Semoga saja ga perlu lama lagi, bisa bebas kusta.
ReplyDeleteSaya cukup kaget nih, ternyata kusta masih ada di muka bumi. Padahal kan penyakit ribuan tahun yl. Penting nih informasi tentang risiko penularan, dan pengobatannya, supaya penderitanya tidak dikucilkan lagi.
ReplyDeleteKusta ternyata berbahaya banget ya Mba Lid, kudu banget jaga-jaga dan sadara sejak dini ya. Apalagi belum ada vaksinnya begini
ReplyDeleteStigma di masyarakat itu klu ad orang kusta ya dikucilkan. Sebaiknya sosialisasi seperti in jg diadakan di desa2 agar stigma sprti itu tidak berlanjut dan merugikan penderita
ReplyDeleteIndonesia bisa kok bebas kusta. Harus semangat saling mendukung bukan dengan mengucilkan. Karena dengan mendukung dapat meningkatkan kualitas hidup penderita mapun penyintas kusta
ReplyDeletepenyakit ini sudah lama ya ada, mudah-mudahan kita selalu sehat dan terhindar dari penyakit ini dengan selalu menjaga kebersihan badan dan lingkungan
ReplyDeleteSejujurnya aku dulu termasuk yg takut sama penderita kusta, tp makin kesini kita harus semakin sadar memang, stop mengucilkan pnderita kusta. Justrus hrus kita bantu untuk kesembuhannya
ReplyDeleteKak, aku auto searching kek gimana bentuk kulit yang terserang kusta ini. Takut gabisa bedain sama penyakit yg lain.
ReplyDeleteDi beberapa kota besar, ternyata banyak juga penderita kusta yang tidak terdata kak. Usut punya usut ternyata mereka takut dikucilkan. Padahal penderita kusta mendapat pengobatan gratis di puskesmas.
ReplyDeleteKusta ini menjadi polemik kita bersama. Sudah saatnya ketika panderita kusta harus saling menguatkan untuk periksa ke puskesmas atau faskes, bukan malah dikucilkan.
ReplyDeleteSedih banget kalau mendengar ada yg bilang penyakit ini adalah penyakit kutukan. Padahal penyakit ini bisa dihindari dengan cara-cara yang baik ya mbak.
ReplyDeleteSemoga berbagai lapisan masyarakat dapat menanggapinya dengan cara yg baik pula
Yap masih banyak yang menganggap kusta adalah penyakit kutukan padahal ini adalah penyakit yang sudah ditemukan obatnya dan pastinya bisa sembuh ya Mbak kalau tidak telat penanganan. Yah semoga adanya edukasi tentang kusta ini bisa menghilangkan stigma negatif terkait penderitanya di masyarakat
ReplyDeleteSoal penyakit kutukan ini aku juga pernah dengar, memang banyak masyarakat yang menganaggapnya begitu. Semoga saja kusta ini segera lenyap dari negara kita tercinta ya...
ReplyDeletePenderita kusta punya kesempatan yang sama dengan yang normal ya mbak. bahkan dalam dunia kerja dan juga pretasi. PEnting untuk kisa bisa saling dukung untuk hal seperti ini. Juga edukasi kepada masyarakat.
ReplyDeleteKayaknya dari dulu bahkan sampai sekarang, penderita kusta selalu dikucilkan karena kesan penyakit ini emang negatif banget sih ya. Padahal kita justru harus makin sadar dan mengatasi penyakit kusta biar semua pihak merasa makin nyaman, untung edukasi soal kusta sekarang makin rajin ya
ReplyDeleteiya nih, nakes dan kader memang bekerja lebih ekstra untuk datang ke rumah2 warga buat cek kusta
ReplyDeletesoalnya mereka pemalu dan gak tahu soal kusta
tahunya panu. padahal kalau bercak putih yg gak gatal, malah bahaya
Aku baru tahu kalau kusta tuh masih ada di Indonesia.. kupikir sudah musnah. Dan ternyata dampak kusta bisa sedemikian parah ya. Bisa sampai jadi difable..untungnya sekarang sudah makin banyak perusahaan yang buka kesempatan untuk orang2 disabilitas. Saluut.
ReplyDeleteAku kira kusta itu penyakit yang cuma ada di buku cerita waktu saya SD. Ternyata nyata dan belum tuntas pembasmiannya supaya enggak ada lagi yang menderita.
ReplyDeleteIya nih tanggung jawab kita semua membantu menyebarluaskan ke masyarakat bahwa kusta itu bukan penyakit kutukan ya
ReplyDeleteUntuk pencegahan penyakit semacam kusta ini memang perlu banget edukasinya ke masyarakat yaa kak. Apalagi jika sudah ada tetangga atau saudara yang kena, jangan serta merta dikucilkan juga sih memang harus dikasih tahu sebaiknya bagaimana kita bersikap menghadapi penderita kusta ini
ReplyDeleteDi daerah saya masih banyak ditemukan masyarakat yang menderita penyakit kusta. Biasanya mereka yang berada di daerah kumuh. Sayangnya penanganan kusta oleh dinas kesehatan setempat lambat ditangani
ReplyDelete